Eva Triyana Effendi
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Semarang
evatriana12ipa2@gmail.com
Salah
satu yang ditakuti dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial &
profesional kita adalah ketika harus berbicara di depan banyak orang, baik
untuk acara sosial, seminar, kuliah, presentasi bisnis, pidato perpisahan,
bahkan dalam acara-acara yang sebagian hadirin telah kita kenal dengan baik. Berbicara
di depan publik bagi sebagian besar kita adalah sesuatu yang menegangkan dan
menakutkan, seluruh mata ditujukan kepada kita seakan-akan menjadi terdakwa
yang sedang diadili oleh para hadirin. Berbicara di depan publik, suka atau
tidak suka merupakan ketrampilan yang harus kita kuasai, karena pada suatu saat
dalam kehidupan kita, pastilah kita akan berbicara di hadapan sejumlah orang,
kita harus berkomunikasi secara efektif, benar dan tepat sasaran.
Berikut
adalah kendala-kendala yang sering terjadi dalam public speaking :
•
Gugup
( Kecemasan yg berlebihan /demam panging)
Gugup adalah salah satu kendala yang paling besar dalam
komunikasi Publik Speaking ( berbicara didepan khalayak banyak). Penyebab Anda
gugup tidak terbiasa atau tidak terlatih tidak percaa diri, tidak
bisa, tidak menguasai materi,.
Dan orang yang belum pernah sama sekali berbicara didepan Khalayak akan
mengalaminya,. Gugup atau Gerogi dalam public speaking disebut juga dengan
istilah Demam Panggung (Irwan. 2015)
•
Tidak
yakin atau kurang percaya diri
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan seseorang merasa takut dan tidak percaya diri
dalam public speaking, yaitu (Muljanto, 2014) :
- Takut akan gagal, ingin selalu sukses dan takut gagal malah kadangkala membuat ketakutan itu semakin besar.
- Tidak ada rasa percaya diri, merasa diri tidak mampu untuk melakukan hal tersebut.
- Traumatis, memiliki rasa takut dan merasa sendirian ketika berdiri di panggung dan semua mata melihat padanya.
- Takut dinilai/dihakimi, hal ini terjadi karena adanya perasaan takut ketika banyak orang membicarakan dirinya atau pendapatnya.
- Terlalu perfeksionis, perfeksionis baik, tetapi terlalu perfeksionis dan berharap terlalu banyak pada dirinya sendiri malah membuat efek negatif.
- Takut akan orang banyak, merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri ketika berbicara di depan puluhan, ratusan atau ribuan orang.
- Kurangnya persiapan, persiapan yang minim membuat rasa takut untuk berbicara di depan umum ini semakin menjadi-jadi.
- Stress, menghindari stress ketika berbicara di depan umum.
- Blank, takut tidak tahu apa yang harus dilakukan, apa yang harus dibicarakan ketika berbicara didepan umum
Gejala-gejala Takut dan Tidak Percaya Diri
Pernahkah
Anda merasa gelisah, keluar keringat dingin, kerongkongan kering, ingin buang
air kecil sesaat sebelum tampil dalam public speaking. Natalie Rogers
dalam buku Berani Bicara di depan Publik (dalam Muljanto, 2014) : Cara Cepat Berpidato menjelaskan
ada tiga gejala umum yang sering dilaporkan oleh mereka yang sulit bicara di
depan publik.
Pertama,
gejala fisik. Gejala ini bisa dirasakan jauh hari sebelum seseorang tampil yang
muncul dalam rupa ketegangan perut atau sulit tidur. Ketika tampil di depan,
gejala fisik tersebut bisa berbeda untuk setiap orang, namun umumnya berupa :
- Detak jantung semakin cepat;
- Lutut gemetar, sulit berdiri atau berjalan menuju mimbar, atau sulit berdiri tenang di depan pendengar anda;
- Suara yang bergetar, seringkali disertai mengejangnya otot tenggorokan atau terkumpulnya lendir di tenggorokan;
- Gelombang hawa panas, atau perasaan seperti akan pingsan;
- Kejang perut, terkadang disertai perasaan mual;
- Hiperventilasi, yaitu kesulitan untuk bernafas;
- Mata berair atau hidung berlendir.
Kedua, gejala-gejala yang masuk
dalam kategori kedua terkait dengan proses mental dan umumnya terjadi selama
pembicara tampil, antara lain :
- Mengulang kata, kalimat, atau pesan sehingga terdengar seperti radio rusak;
- Hilang ingatan, termasuk ketidakmampuan pembicara untuk mengingat fakta atau angka secara tepat dan melupakan hal-hal yang sangat penting;
- Tersumbatnya pikiran, yang membuat pembicara tidak tahu apa yang harus diucapkan selanjutnya.
Gejala
fisik dan mental umumnya diawali atau disertai dengan sejumlah gejala
emosional, diantaranya :
- Rasa takut yang dapat muncul sebelum seseorang tampil;
- Rasa tidak mampu;
- Rasa kehilangan kendali;
- Rasa tidak berdaya, seperti seorang anak yang tidak mampu mengatasi masalah;
- Rasa malu atau dipermalukan, saat presentasi berakhir;
- Panik
Ketiga,
kelompok gejala diatas bisa saling berinteraksi. Rasa takut yang muncul saat
seseorang duduk menunggu giliran untuk bicara, dapat menyebabkan jantung
berdetak lebih cepat tak terkendali. Detak jantung yang demikian bisa membuat
orang tersebut menjadi lebih gugup yang juga menyebabkan tenggorokan mulai
menegang. Gejala—gejala fisik tersebut kemudian mengganggu konsentrasi sehingga
bicaranya menjadi kacau dan tidak jelas arah/maksud pembicaraannya (Muljanto,
2014)
•
Munculnya
noises yg tak terhindari
Siapa
sih yang ngga pernah berisik di saat seseorang tengah menerangkan sesuatu di
hadapan anda? Baik di saat upacara bendera saat bersekolah, atau ketika dosen
menerangkan mata kuliah di kelasmu, kamu pasti pernah mengobrol. Ingin
disangkal atau tidak, jelas terlihat bahwa ‘mengobrol’ sudah menjadi budaya
yang begitu melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kita. Ini bisa
menjadi kebiasaan yang sangat buruk, ketika memang kita sedang menghadiri
sebuah acara yang notabene tidak diperkenankan mengobrol (http://swaragama.com/stc/?p=45)..
•
Alat
bantu yang justru mengganggu
Alat
bantu dalam public speaking sangat beragam. seperti microfon, Pengeras suara,
Laptop LCD, dan lain-lain. Contoh kasus Laptop yang gagal dikoneksikan dengan
LCD adalah salah satu dari gangguan Multimedia yang kerap kali dihadapi para
pembicara dalam sebuah presentasi atau mungkin rapat pertemuan. Suara audio
yang tidak keluar, video yang tersendat atau kualitas resolusi LCD yang buruk
merupakan contoh lain dari gangguan multimedia yang mungkin kamu hadapi. Bila
hal ini terjadi, kamu harus pandai untuk tetap menjaga mood dari audience.
Jangan biarkan konsentrasi mereka jadi pecah, atau justru sampai pergi
meninggalkan ruangan karena terlanjur kehilangan mood. Penguasaan materi juga sangat
penting, agar setidaknya kamu memiliki bahan yang tetap cukup untuk disampaikan
di saat gangguan multimedia terjadi. Selalu siapkan rencana cadangan untuk
antisipasi hal tersebut terjadi (http://swaragama.com/stc/?p=45).
•
Penutup
yang bertele-tele atau ngambang
Penutup biasanya berisi kesimpulan, saran, atau pesan
yang di berikan oleh seorang public speaker kepada audience, dan tidak jarang
pula ita temui pembicara/ sesorang dalam suatu forum yang menutupnya dengan
bertele-tele atau ngambang.
Sumber Referensi :
Irwan. 2015. Tips Mengatasi Gugup dalam Public Speaking
untuk Pemula. Di unduh dari laman http://www.irwanteasosial.com/2015/04/tips-mengatasi-gugup-dalam-public.html
Muljanto,
M.A. 2014. Mengatasi Rasa Takut dan Tidak Percaya Diri dalam Public Speaking,
di unduh pada laman http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/168-artikel-pengembangan-sdm/19844-mengatasi-rasa-takut-dan-tidak-percaya-diri-dalam-public-speaking
(http://swaragama.com/stc/?p=45).
trimakasih ilmunya , saya juga alumni Kurikulum dan teknologi pendidikan UNS
ReplyDeleteNice
ReplyDelete